Wednesday, February 21, 2007

CINTA BAGAIKAN POHON ..... ANGIN ..... DAUN ..... hhmmmm......


dapet dari temen nih, kayaknya bagus juga deh kalo di baca dan di tela'ah......
silahkan di renungkan



POHON
Orang2 memanggilku "POHON" karena aku sangat baik dalam menggambar pohon. AKU selalu menggunakan gambar pohon pada sisi kanan sebagai trademark pada semua lukisanku. AKu telah berpacaran sebanyak 5 kali...Ada satu wanita yang sangat AKU cintai...tapi AKU tidak punya keberanian untuk mengatakannya. ..Dia tidak cantik...tidak memiliki tubuh yang sexy..Dia sangat peduli dengan orang lain..religius tapi..dia hanya wanita biasa saja. Aku menyukainya. .sangat menyukainya. .Gayanya yang innocent dan apa adanya..kemandirian nya..kepandaiann ya dan kekuatannya. .Alasan AKU tidak mengajaknya kencan karena..AKU merasa dia sangat biasa dan tidak serasi untukku..
AKU takut..jika kami bersama semua perasaan yang indah ini akan hilang..
AKU takut kalau gosip2 yang ada akan menyakitinya. ..
AKU merasa dia adalah "sahabatku". ..
AKU akan memilikinya tiada batasnya...tidak harus memberikan semuanya hanya untuk dia...Alasan yang tarakhir..membuat dia menemaniku dalam berbagai pergumulan selama 3 tahun ini...
Dia tau AKU mengejar gadis2 lain dan AKU telah membuatnya menangis selama 3 tahun...Ketika AKU menggandeng tangan pacarku yang ke-2 terlihat olehnya...DIa hanya tersenyum dengan berwajah merah...,setelah itu pergi meninggalkan kami.
Esoknya, matanya bengkak..dan merah..AKU sengaja tidak mau memikirkan apa yang menyebabkannya menangis..tapi AKU tertawa..bercanda dengannya seharian di ruang itu..Di sudut ruang itu dia menangis..dia tidak tau bahwa AKu kembali untuk mengambil sesuatu yang tertinggal.. Hampir 1 jam kulihat dia menangis disana...Pacarku yang ke-4 tidak menyukainya. ..Pernah sekali mereka berdua perang dingin.AKU tau bukan sifatnya untuk memulai perang dingin...Tapi AKU masih tetap bersama pacarku..AKu berteriak padanya dan matanya penuh dengan air mata sedih dan kaget..
AKU tidak memikirkan perasaannya dan pergi meninggalkannya bersama pacarku...Esoknya masih tertawa dan bercanda denganku seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya.. .AKU tau dia sangat sedih dan kecewa tapi dia tidak tau bahwa sakit hatiku sama buruknya dengan dia...
AKU juga sedih...Ketika AKU putus dengan pacarku yang ke-5, AKu mengajaknya pergi.. Setelah kencan satu hari itu..AKU mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin kukatakan padanya...Dia mengatakan bahwa kebetulan sekali dia juga ingin mengatakan sesuatu padaku..
AKU cerita tentang putusnya AKU dengan pacarku...
DIa berkata bahwa dia sedang memulai suatu hubungan dengan seseorang..
AKU tau pria itu..dia sering mengejarnya selama ini...Pria yang baik,penuh energi dan menarik..
AKU tidak bisa memperlihatkan betapa sakit hatiku, AKU hanya tersenyum dan mengucapkan selamat padanya...Ketika sampai di rumah, sakit hatiku bertambah kuat dan AKU tidak dapat menahannya.. Seperti ada batu yang sangat besar didadaku..AKU tidak bisa bernapas dan ingin berteriak namun apadaya..
Air mataku mengalir tak terasa aku menangis karenanya..
Sudah sering AKU melihatnya menangis untuk pria yang mengacuhkan kehadirannya. ..
Handphoneku bergetar..ternyata ada SMS masuk...SMS itu dikirim 10 hari yang lalu ketika aku sedih dan menangis...
SMS itu berbunyi,"DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal!?"


DAUN
AKU suka mengoleksi daun-daun, kenapa? Karena aku merasa bahwa DAUN untuk meninggalkan pohon yang selama ini ditinggali membutuhkan banyak kekuatan. Selama 3 tahun AKU dekat dengan seorang pria, bukan sebagai pacar tapi "Sahabat". Tapi ketika dia mempunyai pacar untuk yang pertama kalinya...AKU mempelajari sebuah perasaan yang belum pernah aku pelajari sebelumnya-CEMBURU- ...
Perasaan di hati ini tidak bisa digambarkan dengan menggunakan Lemon. Hal itu seperti 100 butir lemon busuk.
Mereka hanya bersama selama 2 bulan...Ketika mereka putus, AKU menyembunyikan perasaan yang luar biasa gembiranya. Tapi sebulan kemudian dia bersama seorang gadis lagi..
AKU menyukainya dan AKU tau bahwa dia juga menyukaiku, tapi mengapa dia tidak mau mengatakannya? Jika dia mencintaiku, mengapa dia tidak memulainya dahulu untuk melangkah?
Ketika dia punya pacar baru lagi, hatiku sedih..Waktu berjalan dan berjalan, hatiku sedih dan kecewa..AKU mulai mengira bahwa ini adalah cinta bertepuk sebaleh tangan..
Tapi..mengapa dia memperlakukanku lebih dari sekedar seorang teman? Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati..AKU tau kesukaannya. .kebiasaannya. ..
Tapi perasaannya kepadaku tidak pernah bisa diketahui..Kau tidak mengharapkan AKU seorang wanita untuk mengatakannya bukan.Diluar itu,AKU mau tetap disampingnya. .memberinya perhatian..menemani ..dan mencintainya. .Berharap suatu hari nanti dia akan datang dan mencintaiku. ..Hal itu seperti menunggu telephonenya tiap malam..mengharapkan mengirim SMS..AKU tau sesibuk apapun dia pasti meluanggkan waktunya...
3 tahun cukup berat untuk kulalui dan AKU mau menyerah...Kadang AKU berpikir untuk tetap menunggu..Dilema yang menemaniku selama 3 tahun ini...Akhir tahun ke-3, seorang pira mengejarku.. setiap hari dia mengejarku tanpa lelah..
Segala daya upaya telah dilakukan walau seringkali ada penolakan dariku...
AKU berpikir...apakah aku ingin memberinya ruang kecil di hatiku untuknya?!..
Dia seperti angin yang hangat dan lembut, mencoba meniup daun untuk terbang dari pohon..
Akhirnya,AKU sadar bahwa AKu ingin memberi ANgin ini ruang yang kecil dihatiku..
AKU tau ANgin akan membawa pergi Daun yang lusuh jauh dan ketempat yang lebih baik..
AKhirnya AKU meninggalkan Pohon...
tapi Pohon hanya tersenyum dan tidak memintaku untuk tinggal..
AKU sangat sedih memandangnya tersenyum ke arahku..
"DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?!"


ANGIN
AKU menyukai seorang gadis bernama DAUn..
karena dia sangat bergantung pada POHON..jadi aku harus menjadi ANGIN yang kuat..
ANgin akan meniup DAUN terbang jauh...
Pertama kalinya..AKU melihat seseorang memperhatikan kami...
Ketika itu, dia selalu duduk disana sendirian atau dengan teman2nya memperhatikan POHON...
KEtika POHON berbicara dengan gadis2, ada cemburu dimatanya..
KEtika Pohon melihat ke arah DAun, ada senyum dimatanya..
Memperhatikannya menjadi kebiasaanku. .seperti Daun yang suka melihat POHON...
Satu hari saja tak kulihat dia..AKU merasa sangat kehilangan..
DI sudut ruang itu, ku lihat Pohon sedang memperhatikan DAun..
Air mengalir di mata DAun ketika POhon pergi..Esoknya. .KU lihat DAun ditempatnya yang biasa sedang memperhatikan POhon..AKU melangkah dan tersenyum padanya..KUambil secarik kertas..kutulis dan kuberikan padanya..
Dia sangat kaget..Dia melihat ke arahku,tersenyum dan menerima kertas dariku..
Esoknya..dia datang... menghampiriku memberikan kembali kertas itu..HAti DAun sangat kuat dan ANGin tidak bisa meniupnya pergi, hal itu kerena DAUN tidak mau meninggalkan POhon.AKu melihat kearahnya..kuhampir i dengan kata2 itu...Sangat pelan..dia mulai membuka dirinya dan menerima kehadiranku dan telp ku..AKU tau orang yang dia cintai bukan AKu..tapi AKU akan berusaha agar suatu hari dia menyukaiku.. Selama 4bln, AKU telah telah mengucapkan kata cinta tidak kurang dari 20 x kepadanya..Hampir tiap kali dia mengalihkan pembicaraan. ..tapi AKU tidak menyerah..Keputusan ku bulat..AKU ingin memilikinya. ..dan berharap dia akan menjadi pacarku..AKu bertanya, "apa yang kau lakukan?Kenapa kau tidak pernah membalas?
MEngapa kau selalu membisu?" DIa berkata. "AKU menengadahkan kepalaku"...
"AH?" Aku tidak percaya dengan apa yang aku dengar..."AKU menengadahkan kepalaku" dia berteriak..KUletakk an telephone..melompat ..berlari seribu langkah..ke rumahnya..DIa membuka pintu bagiku..
"DAUN terbang karena tiupan ANGIN atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal!?"


Sebuah pesan untukmu..teman. .
JIKA KAU MENGINGINKAN CINTA DARI SESEORANG...
TUNJUKKAN CINTAMU!!!!
CINTA TIDAK MEMBUTUHKAN KERAGUAN..TUNJUKKAN SAJA!!!!

Wednesday, February 07, 2007

nih lagu keren abieezzz.......
RAMA - Bertahan

Lihat aku di sini
Kau lukai
hati dan perasaan ini

Tapi entah mengapa
aku bisa
memberikan maaf padamu

Mungkin karena
cinta
padamu
tulus dari dasar hatiku

Mungkin karena
aku
berharap
kau dapat mengerti cintaku

Lihat aku di sini
Bertahan
walau kau s’lalu menyakiti

Hingga air mataku
tak dapat
menetes dan habis terurai

Mungkin karena
cinta
padamu
tulus dari dasar hatiku

Mungkin karena
aku
berharap
kau dapat mengerti cintaku

Meski
kau terus sakiti aku
Cinta ini
akan selalu memaafkan

Dan aku
percaya nanti engkau
Mengerti
bila cintaku takkan mati


gw banget deh kayaknya........hihihihi......

Thursday, February 01, 2007

Jadi Kepengen Nich........


Menikah Membuatku Jadi Kaya

Pada hari-hari pertama pernikahan kami, suami bertanya, “Ke mana saja uangmu selama ini?” Pertanyaan itu sungguh menggedor dadaku. Ya, ke mana saja uangku selama ini? Buku tabunganku tak pernah berisi angka belasan hingga puluhan juta. Selalu hanya satu digit. Itu pun biasanya selalu habis lagi untuk kepentingan yang agak besar seperti untuk bayar kuliah (ketika aku kuliah) dan untuk kepentingan keluarga besarku di kampung. Padahal, kalau dihitung-hitung, gajiku tidaklah terlalu kecil-kecil amat. Belum lagi pendapatan lain-lain yang kudapat sebagai penulis, instruktur pelatihan menulis, pembicara di berbagai acara, guru privat, honor anggota tim audit ataupun tim studi. Lalu, ke mana saja uangku selama ini? Kepada suamiku, waktu itu aku membeberkan bahwa biaya operasional untuk keaktifanku cukup besar. Ongkos jalan, pulsa telepon, nombok biaya kegiatan, makan dan traktiran. Intinya, aku mencari apologi atas aliran uangku yang tidak jelas.

Namun diam-diam aku malu padanya. Sesaat sebelum pernikahan kami, dia berkata, “Gajiku jauh di bawah gajimu...”. Kata-kata suamiku -ketika masih calon- itu membuatku terperangah. “Yang benar saja?” sambutku heran. Dengan panjang kali lebar kemudian dia menjelaskan kondisi perusahaan plat merah tempatnya bekerja serta bagaimana tingkat numerasinya. Yang membuatku lebih malu lagi adalah karena dengan gajinya yang kecil itu, setelah empat tahun hidup di Jakarta, ia telah mampu membeli sebuah sepeda motor baru dan sebuah rumah –walaupun bertipe RSS- di dalam kota Jakarta. Padahal, ia tidak memiliki sumber penghasilan lain, dan dikantornya dikenal sebagai seorang yang bersih, bahkan “tak kenal kompromi untuk urusan uang tak jelas.” Fakta bahwa gajinya kecil membuatku tahu bahwa suamiku adalah seorang yang hemat dan pandai mengatur penghasilan. Sedang aku?

***
Hari-hari pertama kami pindahan.
Aku menata baju-baju kami di lemari. “Mana lagi baju, Mas?” tanyaku pada suami yang tengah berbenah. “Udah, itu aja!” Aku mengernyit. “Itu aja? Katanya kemarin baju Mas banyak?” tanyaku lebih lanjut. “Iya, banyak kan?” tegasnya lagi tanpa menoleh. Aku kemudian menghitung dengan suara keras. Tiga kemeja lengan pendek, satu baju koko, satu celana panjang baru, tiga pasang baju seragam. Itu untuk baju yang dipakai keluar rumah. Sedang untuk baju rumah, tiga potong kaos oblong dengan gambar sablon sebuah pesantren, dua celana pendek sedengkul dan tiga pasang pakaian dalam. Ketika kuletakkan dalam lemari, semua itu tak sampai memenuhi satu sisi pintu sebuah lemari. Namun dua lemari besar itu penuh. Itu artinya pakaianku lebih dari tiga kali lipat lebih banyak dibanding jumlah baju suamiku. Kata orang, kaum wanita biasanya memang memiliki baju lebih banyak dibanding kaum laki-laki. Tapi isi lemari baju itu memberikan jawaban atas banyak hal padaku. Terutama, pertanyaannya di hari-hari pertama pernikahan kami tentang ke mana saja uangku. Isi lemari itu memberi petunjuk bahwa selain untuk keluarga dan organisasi, ternyata aku menghabiskan cukup banyak uang untuk belanja pakaian. Oo!

Pekan-pekan pertama aku hidup bersamanya.
Aku mencoba mencatat semua pengeluaran kami. Dan aku sudah mulai memasak untuk makan sehari-hari. Cukup pusing memang. Apalagi jika melihat harga-harga yang terus melonjak. Tapi coba lihat...! Untuk makan seminggu, pengeluaran belanjaku tak pernah lebih dari seratus ribu. Padahal menu makanan kami tidaklah terlalu sederhana: dalam seminggu selalu terselip ikan, daging atau ayam meski tidak tiap hari. Buah–makanan -kesukaanku- dan susu –minuman favorit suamiku- selalu tersedia di kulkas. Itu artinya, dalam sebulan kami berdua hanya menghabiskan kurang dari lima ratus ribu untuk makan dan belanja bulanan. Aku jadi berhitung, berapa besar uang yang kuhabiskan untuk makan ketika melajang? Aku tak ingat, karena dulu aku tak pernah mencatat pengeluaranku dan aku tidak memasak. Tapi yang pasti, makan siang dan malamku rata-rata seharga sepuluh hingga belasan ribu. Belum lagi jika aku jalan-jalan atau makan di luar bersama teman. Bisa dipastikan puluhan ribu melayang. Itu artinya, dulu aku menghabiskan lebih dari 500ribu sebulan hanya untuk makan? Ups!

Baru sebulan menikah.
“De, kulihat pembelian pulsamu cukup banyak? Bisa lebih diatur lagi?”
“Mas, untuk pulsa, sepertinya aku tidak bisa menekan. Karena itu adalah saranaku mengerjakan amanah di organisasi.” Si mas pun mengangguk. Tapi ternyata, kuhitung dalam sebulan ini, pengeluaran pulsaku hanya 300 ribu, itu pun sudah termasuk pulsa untuk hp si Mas, lumayan berkurang dibanding dulu yang nyaris selalu di atas 500 ribu rupiah.

Masih bulan awal perkawinan kami.
Seminggu pertama, aku diantar jemput untuk berangkat ke kantor. Tapi berikutnya, untuk berangkat aku nebeng motor suamiku hingga ke jalan raya dan meneruskan perjalanan dengan angkutan umum sekali jalan. Dua ribu rupiah saja. Pulangnya, aku naik angkutan umum. Dua kali, masing-masing dua ribu rupiah. Sebelum menikah, tempat tinggalku hanya berjarak tiga kiloan dari kantor. Bisa ditempuh dengan sekali naik angkot plus jalan kaki lima belas menit. Ongkosnya dua ribu rupiah saja sekali jalan. Tapi dulu aku malas jalan kaki. Kuingat-ingat, karena waktu mepet, aku sering naik bajaj. Sekali naik enam ribu rupiah. Kadang-kadang aku naik dua kali angkot, tujuh ribu rupiah pulang pergi. Hei, besar juga ya ternyata ongkos jalanku dulu? Belum lagi jika hari Sabtu Ahad. Kegiatanku yang banyak membuat pengeluaran ongkos dan makan Sabtu Ahadku berlipat.

Belum lagi tiga bulan menikah.
“Ke ITC, yuk, Mas?” Kataku suatu hari. Sejak menikah, rasanya aku belum lagi menginjak ITC, mall, dan sejenisnya. Paling pasar tradisional. “Oke, tapi buat daftar belanja, ya?” kata Masku. Aku mengangguk. Di ITC, aku melihat ke sana ke mari. Dan tiap kali melihat yang menarik, aku berhenti. Tapi si Mas selalu langsung menarik tanganku dan berkata,”Kita selesaikan yang ada dalam daftar dulu?” Aku mengangguk malu. Dan aku kembali teringat, dulu nyaris setiap ada kesempatan atau pas lewat, aku mampir ke ITC, mall dan sejenisnya. Sekalipun tanpa rencana, pasti ada sesuatu yang kubeli. Berapa ya dulu kuhabiskan untuk belanja tak terduga itu?

Masih tiga bulan pernikahan “Kita beli oleh-oleh sebentar ya, untuk Bude?” Masku meminggirkan motor. Kios-kios buah berjejer di pinggir jalan. Kami dalam perjalanan silaturahmi ke rumah salah satu kerabat. Dan membawakan oleh-oleh adalah bagian dari tradisi itu.
“Sekalian, Mas. Ambil uang ke ATM itu...” Aku ingat, tadi pagi seorang tetangga ke rumah untuk meminjam uang. Ini adalah kesekian kali, ada tetangga meminjam kepada kami dengan berbagai alasan. Dan selama masih ada si Mas selalu mengizinkanku untuk memberi pinzaman(meski tidak langsung saat itu juga). Semua itu membuatku tahu, meskipun hemat, si Mas tidaklah pelit. Bersikaplah pertengahan, begitu katanya. Jangan menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang tidak jelas, tapi jangan lantas menjadi pelit!

***
Semester pertama pernikahan.
Mengkilat. Elegan. Kokoh. Masih baru. Gress. Begitu sedap dipandang mata. Benda itu, sudah sekian lama kuinginkan. Sebuah laptop baru kelas menengah (meski masih termasuk kategori low end). Namun selama ini, setiap kali melihatnya di pameran atau di toko-toko komputer, aku hanya bisa memandanginya dan bermimpi. Tak pernah berani merencanakan, mengingat duitku yang tak pernah cukup. Tapi rasanya, dalam waktu dekat benda di etalase itu akan kumiliki. Rasanya sungguh indah, memiliki sebuah benda berharga yang kubeli dengan uangku sendiri, uang yang kukumpulkan dari gajiku.

Sejak menikah, aku tak pernah lagi membeli baju untuk diriku sendiri. Pakaian dan jilbabku masih dapat di-rolling untuk sebulan. Sejak menikah, aku memilih membawa makan siang dari rumah ke kantor. Aku juga jarang ke mall lagi. Dan kini, setiap kali akan membeli sesuatu, aku selalu bertanya: perlukah aku membeli barang itu? Indahnya, aku menikmati semua itu. Dan kini, aku bisa menggunakan tabunganku untuk sesuatu yang lebih berharga dan tentu saja bermanfaat bagi aktifitasku saat ini, lingkunganku dan masa depanku nanti.

Aku bersyukur kepada Allah. Semua ini, bisa dikatakan sebagai berkah pernikahan. Bukan berkah yang datang tiba-tiba begitu saja dari langit. Tapi berkah yang dikaruniakan Allah melalui pelajaran berhemat yang dicontohkan oleh suamiku. Rabb, terima kasih atas berkahMu...

@Azimah, 070606
Oleh Azimah Rahayu
dari eramuslim.com